Agar Doa Terkabul

Adab dan faktor penyebab dikabulkannya doa berdasarkan nukilan dari kitab “Kumpulan Do’a dari Al-Qur’an dan as Sunnah yang Shahih” karya al- Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas hafizhahullahu ta’ala :

1. Ikhlas berdoa hanya karena Allah semata (Lihat Q.S Al-Mu’min ayat 14 dan Al Bayyinah ayat 5).
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus. QS.Al-Bayyinah : 5
98_5

2. Mengawali doa dengan pujian dan sanjungan kepada Allah subhanahu wa ta’ala, kemudian diikuti bacaan shalawat kepada Rasullulah shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian akhiri doa dengan cara yang sama.

3. Bersungguh-sungguh dalam berdoa, serta yakin bahwa setiap permohonan yang dipanjatkan pasti akan dikabulkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala.

4. Mendesak dengan penuh tawadhu (kerendahan hati) saat berdoa, dan tidak terburu-buru dalam memohonkannya.

5. Menghadirkan hati didalam setiap doa.

6. Berdoa baik pada saat senang (keadaan lapang), maupun ketika dirundung kesedihan (musibah).

7. Tidak boleh berdoa dan memohon sesuatu kecuali HANYA kepada Allah subhanahu wa ta’ala.

8. Tidak mendoakan suatu keburukan bagi keluarga, harta, anak dan diri sendiri.

9. Merendahkan suara ketika berdoa, yaitu antara samar-samar dan keras (Lihat HR. Bukhari No. 6384 dan Muslim No. 2704).

10. Mengakui dosa yang telah diperbuat kemudian memohon ampunan atasnya, serta mengakui segala nikmat yang telah kita terima, dan bersyukur atas nikmat tersebut.

11. Tidak perlu membebani diri dengan membuat sajak dalam berdoa (Lihat doa-doa yang terdapat dalam Al-Quran dan as-Sunnah).

12. Tadharru (merendahkan diri), khusyu, raghbah (berharap untuk dikabulkan), dan rahbah (rasa takut tidak dikabulkan) sebagaimana yang terdapat pada Q.S Al-Anbiyaa ayat 90.

13. Mengembalikan hak orang lain yang pernah didzalimi disertai dengan taubat.

14. Memanjatkan doa tiga kali.

15. Menghadap kiblat.

16. Berdoa dengan mengangkat kedua tangan.

17. Jika memungkinkan hendaklah berwudhu sebelum berdoa kepada Allah subhanahu wa ta’ala (Lihat Shahih al-Adzkar wa Dha’ifuhu halaman 960-962).

18. Tidak berlebih-lebihan dalam berdoa (memohon sesuatu yang menyalahi kodrat sebagai seorang hamba).

19. Bertawassul kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan Asmaul Husna dan sifat-sifat-Nya yang Maha Tinggi.

20. Setiap makanan dan minuman serta pakaian yang digunakan harus berasal dari harta yang halal.

21. Tidak berdoa untuk segala macam kemaksiatan.

22. Tidak berdoa untuk memutus silaturahmi.

23. Harus disertai dengan menegakan amar ma’ruf nahi munkar, yaitu dengan cara menyuruh kepada suatu kebaikan serta mencegah dari suatu kemungkaran.

24. Disunnahkan memulai doa dengan mendoakan diri sendiri, baru kemudian mendoakan orang lain (Lihat Syaruh Nawawi lish Shahih Muslim XV/144, Tuhfatul Ahwadzi Syarh Sunan at-Tirmidzi IX/328 dan al Bukhari yang disertai kitab Fathul Bari I/28).

Perniagaan yang tidak akan merugi

“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi, Agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.” (QS. Faathir: 29-30)
35_29
35_30

Mendapat Pahala Haji dan Umroh Setiap Hari

“Barangsiapa yang shalat subuh berjamaah, kemudian dia duduk – dalam riwayat lain: dia menetap di masjid – untuk berzikir kepada Allah sampai matahari terbit, kemudian dia shalat dua rakaat, maka dia akan mendapatkan (pahala) seperti pahala haji dan umrah, sempurna sempurna sempurna“.
[HR ath-Thabrani dalam “al-Mu’jamul kabir” (No. 7741) ; HR at-Tirmidzi (no. 586), dinyatakan hasan oleh at-Tirmidzi dan syaikh al-Albani dalam “Silsilatul ahaditsish shahihah” (No. 3403)].

Syaikh Mukhtar As Sinqithi memberikan penjelasan hadis ini, bahwa keutamaan ini hanya dapat diraih jika terpenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut:

Pertama, Shalat subuh secara berjamaah. Sehingga tidak tercakup di dalamnya orang yang shalat sendirian. Zhahir kalimat jamaah di hadis ini, mencakup jamaah di masjid, jamaah di perjalanan, atau di rumah bagi yang tidak wajib jamaah di masjid karena udzur.

Kedua, duduk berdzikir. Jika duduk tertidur, atau ngantuk maka tidak mendapatkan fadlilah ini. Termasuk berdzikir adalah membaca Alquran, beristighfar, membaca buku-buku agama, memberikan nasehat, diskusi masalah agama, atau amar ma’ruf nahi mungkar.

Ketiga, duduk di tempat shalatnya sampai terbit matahari. Tidak boleh pindah dari tempat shalatnya, jika dia pindah untuk mengambil mushaf Al-Qur’an atau untuk kepentingan lainnya maka tidak mendapatkan keutamaan ini. Karena keutamaan (untuk amalan ini) sangat besar, pahala haji dan umrah “sempurna..sempurna..sempurna” sedangkan maksud (duduk di tempat shalatnya di sini) adalah dalam rangka Ar Ribath (menjaga ikatan satu amal dengan amal yang lain), dan dalam riwayat yang lain Nabi ﷺ bersabda, “Kemudian duduk di tempat shalatnya.” Kalimat ini menunjukkan bahwa dia tidak boleh meninggalkan tempat shalatnya. Dan sekali lagi, untuk mendapatkan fadilah yang besar ini, orang harus memberikan banyak perhatian dan usaha yang keras, sehingga seorang hamba harus memaksakan dirinya untuk sebisa mungkin menyesuaikan amal ini sebagaimana teks hadis.

Keempat, shalat dua rakaat. Shalat ini dikenal dengan shalat isyraq. Shalat ini dikerjakan setelah terbitnya matahari setinggi tombak. (Syarh Zaadul Mustaqni’ oleh Syaikh Syinqithi 3:68).

Keutamaan mengerjakan shalat isyraq dua raka’at ini seperti lafadz hadist tersebut adalah mendapatkan pahala haji dan umroh. Makna pada lafadz hadist tersebut “mendapatkan (pahala) seperti pahala haji dan umrah” adalah hanya dalam bentuk pahala. Namun janganlah disalah artikan, bukan berarti orang yang telah melakukannya telah gugur kewajibannya untuk melaksanakan ibadah haji dan umrah, orang tersebut tetaplah harus melaksanakan ibadah haji dan umrah jika dia mampu.

wallahu ‘alam bishawab.

Surga itu dekat

“Dan orang yang beriman dan mengerjakan amal kebajikan, kelak mereka akan Kami masukkan ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Dan janji Allah itu benar. Siapakah yang lebih benar perkataannya daripada Allah?” (QS.An-Nisa’ 4 : 122)
4_122

“Surga lebih dekat kepada salah seorang dari kalian daripada tali sandalnya. Dan neraka juga seperti itu.” [HR. Bukhari No.6007]

Dalam hadist lain Rasullulah ﷺ ditanya mengenai perkara yang banyak memasukkan seseorang ke dalam surga, beliau ﷺ menjawab, “Takwa kepada Allah dan berakhlak yang baik.” Beliau ditanya pula mengenai perkara yang banyak memasukkan orang dalam neraka, jawab beliau, “Perkara yang disebabkan karena mulut dan kemaluan.” (HR. Tirmidzi no. 2004 dan Ibnu Majah no. 4246. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih).

Sementara itu Rasullulah ﷺ bersabda “Barangsiapa membaca ayat kursi setelah setiap shalat wajib, tidak ada yang menghalanginya dari masuk surga selain kematian.” (HR. ath-Thabrani no. 7532, di shahihkan oleh Syaikh al-Albani). Disunnahkan membaca ayat ini setiap , selesai shalat wajib, pada dzikir pagi dan petang, dan sebelum tidur.

Don’t be Sad….

” Tidak! Barang siapa menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah, dan dia berbuat baik, dia mendapat pahala di sisi Tuhannya dan tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.” (QS. Al-Baqarah:112)
2_112

” Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.” (QS. Al-Insyirah: 5 – 6)
94_5
94_6

Alquran sebagai Obat dan Petunjuk bagi Umat Manusia

“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kalian agama kalian dan telah Kucukupkan kepada kalian nikmat-Ku dan Aku ridha Islam sebagai agama kalian”. (Al-Maidah: 3)
5_3

“Wahai sekalian manusia, sungguh telah datang kepada kalian nasehat (pelajaran) dari Rabb kalian dan penyembuh bagi penyakit-penyakit yang ada di dalam dada, petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (Yunus: 57)
10_57

“Dan Kami turunkan dari Al Qur’an sesuatu yang menjadi penyembuh (obat) dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. Dan Al Qur’an itu tidaklah menambah bagi orang-orang dzalim selain kerugian.” (Al-Isra: 82)
17_82

“Dan Kami turunkan kepadamu (Muhammad) Al Qur’an agar engkau menjelaskan kepada manusia apa yang diturunkan kepada mereka, mudah-mudahan mereka mau berfikir.” (An-Nahl: 44)
16_44